13 Rekomendasi Buku Menyambut Tahun Ajaran Baru
Buku anak SD terbaik adalah investasi awal bagi masa depan pendidikan Indonesia. Sayangnya, hingga kini akses terhadap buku bacaan anak yang bermutu masih menjadi tantangan serius, terutama di wilayah 3T.
Studi Program INOVASI menemukan bahwa sebenarnya 85% siswa kelas awal SD menunjukkan minat baca yang tinggi. Sayangnya, 68% koleksi buku di sekolah masih didominasi buku teks yang kurang relevan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman anak. Ketidaksesuaian ini dapat menghambat kemajuan literasi.
Selain buku teks pelajaran, peran buku pendidikan karakter dan buku remaja inspiratif juga penting. Sekolah dan keluarga perlu memperkaya daftar rekomendasi buku bagi pelajar dengan lebih cermat, terutama untuk menyambut tahun ajaran baru.
Berikut rekomendasi buku yang layak dibaca oleh anak SD, remaja, hingga pelajar di jenjang pendidikan menengah.
1. Aku Malu Bertemu Teman Baru (Lia Loeferns)
Awal tahun ajaran baru sering kali menimbulkan kecemasan sosial bagi anak, khususnya dalam bertemu teman-teman baru. Buku ini menyentuh tema tersebut dengan cara yang relatable, melalui kisah anak dari suku Dayak yang berusaha mengatasi rasa malu dan membangun kepercayaan diri.
Tak hanya mengangkat isu emosional, buku ini juga memperkenalkan budaya lokal yang menjadikannya kaya akan nilai edukatif. Ilustrasi menarik dan alur cerita sederhana membuatnya cocok untuk anak usia awal SD yang sedang belajar mengenali dan mengelola perasaannya.
2. Siapa yang Kentut? (Noor H. Dee)
Menghadirkan humor sebagai jembatan awal menuju kebiasaan membaca, buku ini sangat cocok untuk menjadikan aktivitas membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan. Kisah jenaka dalam pesta Singa yang diwarnai peristiwa kentut ini dapat membangun koneksi emosional positif dengan buku.
Dalam menyambut tahun ajaran baru, buku ini membantu meredakan ketegangan dan membentuk asosiasi positif terhadap rutinitas sekolah. Sangat ideal untuk anak kelas 1–3 SD yang sedang dikenalkan pada dunia literasi melalui pendekatan visual dan humor.
3. Na Willa: Serial Catatan Kemarin (Reda Gaudiamo)
Buku ini memperkenalkan anak pada dinamika kehidupan sehari-hari dari sudut pandang anak perempuan yang polos dan jenaka. Na Willa hidup di Surabaya era 60-an, tapi ceritanya tetap relevan karena menyentuh tema keluarga, persahabatan, dan identitas.
Sebagai buku bacaan anak, buku ini mengajak siswa belajar memahami lingkungan sosial dan membangun empati. Kehangatan dalam cerita Na Willa sangat membantu mencairkan kekakuan di awal tahun pelajaran.
4. Seri Pahlawan Nasional: Soekarno (Nindia Maya & Watiek Ideo)
Memulai tahun ajaran dengan mengenal sosok proklamator melalui buku bergambar adalah langkah yang bijak. Buku ini tidak hanya menyampaikan sejarah, tapi juga menyisipkan nilai-nilai patriotik dan semangat perjuangan yang dibutuhkan pelajar zaman sekarang.
Dengan ilustrasi yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami, buku ini bisa menjadi buku pendidikan karakter kepada anak SD. Sangat cocok sebagai bahan diskusi di kelas, maupun bacaan pribadi di rumah.
5. Laskar Pelangi (Andrea Hirata)
Sebagai salah satu buku remaja inspiratif paling fenomenal di Indonesia, Laskar Pelangi menyuguhkan kisah perjuangan siswa miskin di Belitung yang haus ilmu. Buku ini sangat tepat dibaca remaja SMP atau SMA untuk membangun semangat belajar dan apresiasi terhadap pendidikan.
Kisahnya yang emosional, dibalut dalam latar budaya Melayu yang kuat, menjadikan buku ini sebagai motivator alami bagi pelajar di awal tahun ajaran. Pesannya sangat kuat: keterbatasan tidak pernah menjadi alasan untuk berhenti belajar.
6. Curiosity / Ingin Tahu (Gianti Amanda dkk)
Rasa ingin tahu adalah fondasi penting dalam proses belajar. Buku ini menanamkan karakter tersebut melalui pendekatan psikologis yang didukung oleh praktisi pendidikan anak. Disusun dalam format bilingual, buku ini juga membantu anak membiasakan diri dengan dua bahasa sejak dini.
Buku ini dapat membantu anak membentuk sikap positif terhadap pelajaran dan lingkungan barunya. Ia bukan hanya rekomendasi buku bagi pelajar, tapi juga panduan karakter awal yang dibutuhkan siswa.
7. Butet dan Orang Rimba (Benny Rhamdani)
Buku ini mengenalkan tokoh nyata yang penuh inspirasi, Butet Manurung, dengan gaya cerita ringan dan sarat nilai perjuangan. Butet digambarkan menghadapi berbagai tantangan dalam mendirikan sekolah untuk anak-anak rimba.
Sangat tepat dibaca oleh anak usia akhir SD atau remaja SMP karena menyajikan gambaran nyata tentang arti pendidikan bagi kelompok marginal. Buku ini membangun kesadaran sosial sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab terhadap sesama.
8. Pangeran Cilik/ Le Petit Prince (Antoine de Saint-Exupéry)
Karya klasik ini mampu menggugah perasaan dan pemikiran anak-anak maupun remaja lewat kisah yang tampak sederhana namun sarat makna. Melalui pertemuan sang pangeran dengan berbagai karakter, pembaca diajak merenungi arti persahabatan, kehilangan, dan tanggung jawab.
Le Petit Prince adalah buku bacaan anak dan remaja yang sangat cocok dibaca menjelang tahun ajaran baru. Buku ini memberikan stimulasi empati dan refleksi diri yang menjadi dua kemampuan penting dalam membangun relasi di lingkungan sekolah.
9. Berbeda Itu Tak Apa (Annisa Steviani)
Buku ini secara lembut mengajarkan anak tentang menghargai perbedaan fisik, latar belakang, hingga pilihan hidup orang lain. Dengan ilustrasi yang menarik dan bahasa yang jujur, anak-anak belajar memahami bahwa dunia memang tidak selalu seragam.
Di tengah lingkungan sekolah yang majemuk, buku ini penting untuk membantu anak menyesuaikan diri tanpa prasangka. Ini bisa menjadi buku pendidikan karakter yang penting untuk membentuk budaya kelas yang inklusif.
10. Diary of a Wimpy Kid (Jeff Kinney)
Kisah Greg Heffley yang konyol dan penuh drama sekolah menjadi bacaan ringan namun sarat pelajaran. Gaya penuturan jurnal harian membuat buku ini mudah dicerna dan sangat dekat dengan realitas anak sekolah, terutama siswa kelas atas SD dan SMP.
Buku ini menyajikan potret keseharian siswa dalam suasana yang jujur dan lucu. Sehingga sangat cocok untuk mengurangi ketegangan menjelang hari pertama sekolah. Bisa dibilang, ini salah satu buku anak SD terbaik dalam kategori hiburan sekaligus refleksi sosial.
11. Aku dan Keluargaku (Tere Liye)
Dengan narasi sederhana dan tema yang dekat dengan keseharian, buku ini menawarkan potret tentang nilai-nilai keluarga dalam membentuk karakter anak. Ditulis dengan nuansa hangat, buku ini sangat relevan untuk membangun kesadaran emosional siswa.
Bacaan ini membantu anak memahami pentingnya dukungan keluarga dalam menghadapi tantangan belajar di tahun ajaran baru. Sebagai penguat relasi anak–orang tua, buku ini juga bisa menjadi bahan diskusi keluarga di rumah.
12. Sepeda Ontel Kinanti (Iwok Abqary)
Cerita perjuangan Kinanti mengejar pendidikan meski harus kehilangan sepeda kesayangannya, menyentuh sisi emosional anak dalam memaknai pengorbanan dan ketekunan. Buku ini membawa pesan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk mengejar mimpi.
Kisah ini sangat relevan sebagai buku remaja inspiratif bagi mereka yang mulai menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat perubahan hidup. Pesan moralnya kuat dan disampaikan dalam bahasa yang hangat.
13. Misteri Pantai Mutiara (Erlita Pratiwi)
Buku ini menyajikan petualangan detektif anak yang penuh teka-teki dan mengajak pembaca berpikir kritis. Dalam cerita ini, anak-anak diajak mengumpulkan petunjuk dan belajar logika melalui alur yang seru dan cepat.
Sangat cocok untuk siswa yang mulai merasa bosan dengan bacaan linear. Buku ini memberikan semangat baru sekaligus stimulasi intelektual menjelang awal tahun ajaran, dan termasuk rekomendasi buku bagi pelajar yang haus tantangan.
Memilih buku bacaan anak sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan tema yang menarik, tetapi juga relevansi usia, gaya bahasa yang sesuai tahap perkembangan, serta nilai-nilai yang ditanamkan dalam cerita. Libatkan anak dalam proses memilih buku agar mereka merasa memiliki dan lebih antusias membacanya.
Sesekali, ajak anak berdiskusi ringan setelah membaca untuk menggali pemahaman, menumbuhkan empati, dan melatih berpikir kritis. Sehingga membaca bukan sekadar aktivitas akademik, tapi juga jendela untuk mengenal diri, lingkungan, dan masa depan mereka.